Hasil Telepon
“halo pa?”
“Eh halo Giselle, sudah liat pesan papa tadi?
“Udah, pa. Tapi pa”
“Kenapa? Kecepatan ya?”
“Banget pa.. terus, aku.. “
“Kenapa?”
“Mau nolak perjodohan nya boleh?”
“Atas dasar apa?!” Nada bicara yang digunakan papa nya agak meninggi ketika mengucap kata ap-, namun kembali menurun saat “a” (jadi gini gais 'APa”
“Hah?”
“Kamu nolak nya kenapa?”
“Ya gak mau!”
“Ga ada alasan yang jelas, yaudah papa jodohin. Kan kamu udah kepala dua juga, habis lulus nikah ya? Papa jemput 2 minggu lagi buat ketemu calon kamu. Kalian bisa saling mengenal dulu selama setahun atau sampai kamu lulus”
Giselle yang di seberang sana hanya menghela nafas, kemudian menciptakan keheningan di antara kedua nya.
“Gimana?”
“Emang kenapa tiba tiba aku jodohin?! Perasaan dulu papa gak pernah mau jodohin aku.”
“Giselle, maaf... “
Giselle bingung, sangat. Ia benar benar ingin menolak dengan melakukan sesuatu yang agak keras atau kasar agar papa nya mau mengikuti permintaan nya. Tapi itu papa nya, papa nya sangat baik, terlewat baik malah. Ia tidak bisa kasar kepada papa, bahkan disaat ia hampir memakai nada membentak tadi Papa masih menjawab dengan nada yang biasa.
Kini Giselle mengusap wajah nya kasar, beejalan di depan kasur nya berbolak balik sambil menguras otak nya. Ia ingin mencari cara agar ia tak dijodoh kan oleh Papa nya. Tapi cara yang ia cari itu tak kunjung datang.
“Pa?”
“Iya?”
“Aku udah punya pacar..”
“udah berapa lama?”
“Hampir 3 tahun pa, makanya, aku gak mau.. pa.. tolong aku gak mau di jodohin”
Papa Giselle sekarang ikutan bingung, ia merasa bersalah kepada anak nya.
“Yaudah kamu nikah sama pacar mu aja?”
Giselle yang mendengar papa nya di ujung sana menjadi sedikit senang tapi ia berpikir lagi
“Pa...”
“Kenapa? Pacar mu belum siap?”
“Bukan.. “
“Terus?”
“Pa..”
“Kenapa?”
“Aku.. aku.. aku sama kayak Bang Jenson”
“Sama maksudnya, sama sama anak papa? Iya dong sama”
“Bukan pa.. aku suka sama yang segender”
Deg.
Jamal sekarang frustasi. bagaimana bisa kedua anak nya menyukai orang yang segender?! Ia kesal, ingin marah, tapi tidak. Ia urungkan.
“Giselle, kalo kamu mau kayak Bang Jenson, nggak! papa gak bisa. Cukup satu anak papa yang tidak memiliki keturunan. Ini semua demi kebaikan kamu Giselle. Nanti setelah lulus kamu langsung pindah ke sini. Biar ga ketemu sama pacarmu. Kalian berdua harus mengakhiri hubungan itu.” Kemudian papa giselle mengakhiri telpon tanpa menunggu Giselle menjawab.