ningxile

Ningning yang masih tidak percaya yang terjadi hari ini masih berguling-guling di kasur sambil memandangi hp nya. Mencubiti pipi nya sesekali untuk membuktikan bahwa ia tidak bermimpi. Beberapa saat kemudian mami nya mengetuk pintu kamar. Ia langsung cepat menetralkan air wajah nya agar tidak terlihat terlalu excited.

*Tok tok tok

“Iyaaa, sebentar miii” kemudian Ningning membukakan pintu untuk mami nya.

“kenapa mi?”

“Itu ada temen kamu dateng”

“Hah”

“Nanti disuruh masuk ya, jangan berdiri di luar”

Sedikit merasa bingung, Ningning berjalan sambil mendengarkan perkataan mami nya, kemudian ketika ia sampai di dekat ruang tamu, pintu diujung sana menampakkan siluet gadis berambut panjang dengan koper disamping nya. Ia masih bingung, siluet siapa itu. Kemudian ia teringat, Pujaan hati nya. Ia berlari menuju ambang pintu dan langsung memeluk Giselle. Yang dipeluk sedikit terlonjak, kaget. Ia belum membalas pelukan Ningning, takut dipandang aneh oleh orang-orang sekitar nya. Sedikit berpikir lagi kemudian ia membalas pelukan Ningning. Ia berpikiran bahwa karena ia perempuan dan kekasih nya juga perempuan, maka berpelukan adalah hal yang biasa dilakukan oleh “teman” ataupun “sahabat” perempuan.

Pelukkan mereka berlangsung lama, sekitar 5 menit sampai Giselle mendengar suara tangis di dalam pelukan nya. Ia memundurkan kepala nya, menangkup pipi Ningning, mengusap air mata nya menggunakan ibu jari sambil memandang wajah yang menurut nya paling cantik itu.

“Hey, kok nangis? Aku udah disini kok nangis?”

Ningning kembali memeluk Giselle, menaruh kepalanya pada bahu sang kekasih. “Kamu kenapa ga bilang mau langsung kesini pas nyampe” dengan suara lirih dan terdengar masih sedikit menangis Ningning mengatakan nya.

Giselle menepuk nepuk punggung Ningning hendak menenangkan empu nya agar tangis nya reda. Sambil mengalihkan pandangan keatas dan kekeh-an khas nya Giselle menjawab “hahah, biar surprise- kalimat nya terhenti, hendak mendekatkan kepala nya ketelinga sang pasangan lalu dilanjut- sayang” (biar surprise sayang)

Kekehan kecil terdengar, Ningning menjauhkan kepala nya dari bahu sang kekasih lalu berkata “gapapa, gausah bisik bisik, mami tau, aku sering ceritain kamu ke mami. Yuk masuk, jangan di depan pintu” Kemudian Ningning melepas pelukan nya dan berjalan menuju karpet bulu yang diikuti Giselle. Keduanya duduk bersila berhadapan sambil sedikit bercengkrama.

“Jadi mami kamu tau kalo kita pacaran?”

“Iya tauuu”

“Tapi tadi dia kok ga kayak ngenalin gitu sih?”

“Kan aku ga nunjukin foto kamu”

“Ohhh” Sambil mengedarkan pengelihatan nya ke seluruh isi ruangan yang dihiasi figura foto keluarga, foto Ningning sendirian, dan Mici. Baru ia melihat foto Mici, ia dihampiri oleh kucing kesayangan kekasih nya itu.

“haii miciii!!! sini sini sini anak akuuu ututru gemes naa” Sambil membawa Mici kepangkuan nya Ningning berkata dengan suara yang menurut Giselle sangat gemas.

“Hai kucing yang sering aku lihat di tl”

“HAHAHA jiselll”

“Ningg, mici nya jangan lupa dikasih makan ya, belum makan itu dari pagii” ini mami Ningning yang berkata dari dalam dapur

“Siap mamskiii Jisel mau ikut kasih makan mici?”

“Hm?” Giselle memandangi Ningning yang sudah berancang ancang untuk berdiri dan pergi kebelakang

“Boleh”

“Oke yukk”

Jidan terus main di lapangan untuk kesekian kalinya demi ingin bertemu Leo. Kebetulan, panggung NTS akan dibuat di lapangan basket, jadi ya Jidan beruntung.

Seperti biasa, Jidan bermain namun mata nya selalu saja mencari keberadaan Leo. Ia berencana untuk memberanikan diri dan mau menyapa nya. Tak lama Jidan melihat Leo yang tadinya berjalan sendirian namun tiba-tiba Ningsih datang dan langsung merangkul pundak leo. Sebenarnya rangkulan yang diberikan Ningsih ini hanya rangkulan sebagai sahabat aja yang kayak hai bro gitu. Tapi di mata Jidan berbeda.

Beralih ke Ningsih yang ada di seberang sana, ia membisikan sesuatu ke Leo

“eh ada si anak basket tuh”

“Siape?” Leo yang dibisiki agak bingung kemudian menjawab dengan suara ikut berbisik.

“Halah lo mah”

“Yang kemarin lo ceritain”

“Anying, serem ya dia ngikutin gue terus”

“Kaga si, lo aja lebay”

“Dihhh”

“Udah, bentar lagi gue pergi le siapa tau lo di samper”

Ningsih benar. Setelah ia meninggalkan Leo. Jidan yang terus memperhatikan mereka dari kejauhan, kini mendatangi Leo.

“Eh halo, lo yang minggu lalu hampir sengaja kena bola tapi malah trickshot itu ga sih?

“Eh, halo juga.. iya itu gue. Kok masih inget aja” Leo yang baru saja ingin mencerna kata-kata Ningsih tiba-tiba malah beneran terjadi rada bingung, sebenernya bingung banget, tapi stay cool.

Jidan terkekeh lalu memperkenalkan diri nya “Hehe, gue Jidan ketua basket”

“Iya, gue tau kali”

“Hehe, lo apa ga ada niatan join basket? Eh btw nama lo siapa? Lupa tadi”

“Leo, gue ga ada niatan males”

“Padahal bagus loh, lo main nya... Leo” ada jeda sedikit pada kalimat Jidan.

“Iya gue tau, gue kan mantan ketua basket di smp soalnya” *PD BNGT INI MAH PADAHAL DALEM NYA JEDAG JEDUG EUY

Jidan hanya mengangguk membalasi perkataan Leo, bingung mau jawab apa lagi.

Terdengar suara pelatih dari dekat ruang musik, Leo menolehkan pandangan nya dan langsung berkata pada lawan bicara nya saat ini. “Eh udah ya, gue dipanggil nih”

“Oh ya oke, see you”

ANJAY ANJAY SEE YOU GA TUH —suara hati leo

“Okee” —mulut leo

Lalu Leo meninggalkan Jidan dan berjalan ke ruang musik sambil Jidan yang melihati nya dari belakang.

Jidan membatin “Nice to have a little talk with you”


Hari berikutnya dan masih pembuatan panggung. *ya lah ga mungkin panggung cepat terbuat bro.

Jisung yang tengah bersantai minum teh sisri di dekat lapangan sambil bercengkrama bersama teman nya tiba-tiba dipanggil guru.

“Nak Jidan, ini bisa bantuin ibu angkat properti ke atas panggung nak?”

“Oh ya bisa bu, dimana ya bu properti nya?” Sambil lekas berdiri dan mengoper teh sisri kepada temannya ia berkata.

Kemudian wanita paruh baya itu menunjukan arah yang harus Jidan datangi dan Jidan mengikuti arah nya. Setelah melihat properti yang diberi tau guru nya tadi, ia lalu mengangkat dan membawa nya ke daerah panggung. Baju lengan yang sedari tadi ia lipat mengakibatkan otot-otot lengan Jidan terlihat. Leo yang baru keluar dari ruang latihan untuk mengambil minum tidak sengaja melihat Jidan dan hampir tersedak. Ia membatin “Ganteng banget anjir ternyata, mana otot nya..”

Mungkin kalo Jidan sekali lagi lewat di hadapan nya dengan otot-otot yang membuat nya terlihat begitu sexy, Leo bisa pingsan.

Jeno dan Jaemin adalah sepasang kakak adik dari keluarga kaya raya. Rupa mereka seperti kembar, padahal tidak. Mereka selisih satu tahun. Jeno yang lebih tua dan Jaemin yang lebih muda. Apa mungkin saking dekatnya mereka sampai dibilang kembar?


Pada hari itu Jeno harus mengikuti kelas daring dari sekolah nya. Ia menyiapkan semuanya dengan baik diatas meja. Mulai dari laptop, charger laptop, pulpen, dan tentu saja buku. Iya, Jeno anak ambis, psst calon bintang pelajar.

Jeno benar-benar mengikuti pelajaran dengan baik sampai... suara pintu terbuka. Ia mengalihkan pandangannya, dari yang tadinya fokus ke laptop sekarang melihat ke pintu.

“Mamas, adek baru bangun..” dengan suara bangun tidur, piyama yang berantakan, dan wajah polos nya Jaemin berkata.

Jeno yang melihat nya segera ijin mematikan kamera laptop kepada guru dan mendatangi jaemin. “He'em bangun ya adek nya mas?” Jeno berkata sambil menutup pintu kamarnya perlahan.

“kamu ngga daring dek?”

“ndaak, kata guru na libur” Jeno kemudian mengusap kepala Jaemin sambil menuntun nya duduk ke ujung kasur dan berkata

“Dek kamu tu loh ya, udah kelas 2 SMA bisa-bisa nya masih gemes”

“Nda tauuu” Jaemin menjawab sambil menampakkan wajah “😣” versi gemes nya .

“Kamu disini ya? Atau ngga cuci muka gosok gigi, mas mau daring dulu”

“nda mauu, mau bobo agii”

“Terus kenapa tadi bangun hm?”

“Kamar adek panas nda kayyak kamar na mas”

“hmm bangun kepanasan ya sayang?”

“he'emmm” setelah he'em-an dari jaemin tadi ia menggeliatkan badannya dan langsung meraih kaki mas nya.

“Lah kenapa ini adekk?”

“Mau dipangku”

Sambil menatap jaemin dari atas, Jeno mengelus kepala adiknya itu sambil membatin “coba kamu bukan adikku, wes tak pacari” tapi sayang nihil ya jen🤭 *baca nya pake nada jowoo-an sing medok ngoko nggih**maafkan author hahah

lanjutt~

Jeno menggendong Jaemin bak koala yang sedang tidur ke kursi gaming nya, lalu ia duduk dan memangku Jaemin. Ia memangku Jaemin dengan posisi Jaemin hadap kedepan dan ia juga kedepan(Jadi posisi nya Jeno peluk Jaemin dari belakang). karna kalo kebelakang ngga bisa, kursi gaming nya ga ada bolongan.

Jeno beruntung suara penjelasan dari guru masih bisa terdengar. Karena merasa tidak enak ia mengambil ponsel nya kemudian meminta maaf sekaligus ijin untuk mematikan kamera.

Jaemin yang dipangku Jeno terlihat tenang, ndusel di dada mas nya sambil memegangi tangan mas nya. “Peluk nya jangan di lepas” Jaemin mau dipeluk Jeno terus. Jeno yang diperlakukan seperti itu tentu saja hanya bisa menurut.

Duh so sweet banget nih keliatanya. Sepanjang daring meluk ADIK kesayangan


Dua setengah jam berlalu, mereka masih berada di posisi yang sama. Beda nya kepala Jeno kini sudah bertengger di bahu mungil adiknya. Jaemin tidak bosan sama sekali, malah ia ikut mendengarkan penjelasan guru Jeno sedari tadi.

“masss” Jaemin nemanggil Jeno dengan nada sedikit merengek sambil menolehkan kepalanya kesamping. “Iya sayang?” Jeno menolehkan kepalanya juga, bertatapan dengan netra adiknya.... .. .. tatap-tatapan nya berlangsung sekitar 20 detik sampai akhirnya dibuyarkan oleh ..

“shh adek kenapa ah gitu” Jeno yang dari tadi menatap Jaemin terkaget karena bibir nya di gigit oleh Jaemin. (kalian pernah makan roti dengan gaya anggun/cantik? Nah gitu cara Jaemin gigit bibir Jeno)

“Ya lagian mas liat-liat adek segitu nya, naksir ya?”

“Hihh ge er yaa ki anak e” (dih gr ya ni anak nya) Padahal dalem hati Jeno “Yok kuat yo lee jeno yo iso yo, deen adi mu jen yo sadar” (Yok kuat yok lee jeno, yuk bisa yuk, dia adikmu jen, ayo sadar)

“Tuhkan salting wuu” Jaemin menyadarkan Jeno dari lamunan nya, Jeno langsung mengeratkan pelukannya pada Jaemin kemudian menengok kepada Jaemin “Masa mas naksir kamu? Adik mas sendiri?” Jaemin yang berada dipelukan Jeno kemudian melemas “Ya siapa tau..”

Jeno kemudian menyenggol kaki Jaemin menggunakan kaki nya. “Heh kok lemes gitu too sayang nya mass?” Jaemin hanya menanggapi nya dengan memegang tangan Jeno, Jeno abai “Makan dek, tadi kamu bangun tidur belum makan ya to?” Baru Jeno ingin bangun dari kursi dan mengangkat Jaemin namun di tahan Jaemin yang masih memegang tangan nya. Jeno sedikit heran kemudian bertanya kepada adiknya itu.

“Kenapa adekk?”

“Mas”

“Iya, kenapa?”

“Berarti kalo adek sayang mas lebih dari kakak adek nda boleh ya?”

Keduanya terdiam..

Jeno mungkin lupa bahwa adiknya ini sudah besar sudah mengerti apa itu cinta, kasih sayang, dan hal hal lainnya. Ia tak menyangka adikknya ini akan mengungkapkan perasaan sebenarnya.

“Mas ih kok diem adek nanyaa” Jeno memeluk adikknya erat, mencium pipi kiri adikknya, dan mengusap-usap bahu adiknya.

“Ngga, ngga papa kok boleh adek, kenapa ga boleh? Mas juga sayang kan sama adek?”

“Mas sayang adek?”

“Iya dong masa ngga kan?”

Jaemin membalikkan tubuh nya sedikit lalu berkata “Sayang as a??”

“Maksudnya dek?”

“maaas hufftt, maksud adek sayang sebagai apa? Sebagai adek aja? Sebagai apa?”

“Tebak aja coba”

“Nda mau ahh mass”

“laaah kok ngamuk sayang nya mas?”

“Masss jawab ih”

“hmmmm, yaa mas sayang adek sama kayak adek sayang mas, lebih besar kali ya? Kan mas sambil besarin adek juga”

Jaemin sebenarnya tau yang dimaksud Jeno, ia masih mau Jeno berkata soal perasaanya secara langsung. Tapi ia menolak pikirannya itu, ia tau pembahasan ini sedikit sensitif dan akan membuat sayatan kecil di hati keduanya.

“Mas janji nda akan ninggalin nana kan?”

“Ngga, mau ninggalin gimana coba? Kita adek kakak selalu sama sama kan? Kecuali sekolah nya beda”

“Ah itu gampang tinggal minta ke bunda samain aja, oya mas...”

“Apa lagi sayaang”

“Mas.. mas jangan bilang ke bunda ya?”

“Bilang apa?”

“Ih mas mah, yang tadi tuu”

“laah? Bunda kan tau anak-anak nya saling sayang?”

“Maaaas sing nggenah ah” (kak yang bener ah)

“Loh loh jowoan e keluar to, jangan ngamuk ah. Iya sayang ga mas bilangin ke bunda”

Jaemin kemudian membalikkan badan sepenuh nya lalu mendusel di dada bidang Jeno.

“mas, adek sayang banget sama mas”

“Mas juga sayang banget kok sama adek” Jeno mengelus kepala adiknya.

“udah gih bersih bersih duluan sana, nanti foto aku kirim. Aku mau rebahan bentar”

“okee deh kaa, baju kotor aku taruh sini ya” ningning mendekatkan keranjang untuk pakaian kotor ke pintu kamar mandi, lalu masuk dan mulai untuk bersih bersih diri.


Keduanya telah selesai bersih-bersih dan keduanya juga tengah merebahkan badan mereka di kasur.

“Coba sini deh” Giselle menepuk nepuk area kosong disebelah nya

“Heum?” Ningning kemudian merebahkan badan nya di sebelah giselle “kenapa ka?”

“Seneng ga kamu hari ini?” Giselle bertanya sambil membenarkan rambut ningning kebelakang dan menatap mata nya.

“Seneng banget lah gamungkin ngga” muka ningning sambil begini “ 🥺 “

“udah gih bersih bersih duluan sana, nanti foto aku kirim. Aku mau rebahan bentar”

“okee deh kaa, baju kotor aku taruh sini ya” ningning mendekatkan keranjang untuk pakaian kotor ke pintu kamar mandi, lalu masuk dan mulai untuk bersih bersih diri.


Keduanya telah selesai bersih-bersih dan keduanya juga tengah merehatkan badan mereka.

“Coba sini deh” Giselle menepuk nepuk area kosong disebelah nya

“Heum?” Ningning kemudian merebahkan badan nya di sebelah giselle “kenapa ka?”

“Seneng ga kamu hari ini?” Giselle bertanya sambil membenarkan rambut ningning kebelakang telinga dan menatap mata nya.

“Seneng banget lah gamungkin nggaaaa” muka ningning sambil begini “ 🥺 “

“bagus deh kalo seneng” giselle berbiacara sambil mengacak acak rambut ningning.

“ih ka baru aja di rapihin”

“hehe maaaf, besok kemana lagi ya ning?”

“nanti aja kita sambil cari cari di sini, santai santai aja kaak” ningning mengeratkan pelukannya

“yaampun ning bentar, sesek ini”

“hehe ampun kaaak” ningning melonggarkan pelukannya dan beralih menatap mata giselle

“kenapa sayang?” giselle yang merasa dilihati balik menatap netra pacarnya.

. . .

cup!

Ningning yang kening nya dikecup hanya diam. . . . tidak ada pergerakan diantara keduanya kemudian giselle menangkup wajah ningning. Mengecupi setiap senti wajah chubby itu dengan perlahan. kelopak mata, kening, hidung, pokoknya semuanya! dan kecupan terakhir dibibir manis pacarnya.

“ih kak basah jadi tau muka aku” ningning mendongakkan kepalanya untuk melihat giselle.

“hehe iya maaf ya, abis kamu lucu banget, menggemaskan, semuanya lah”

“nyenyenye mulut buaya” habis bilang begitu ninging mengecup bibir giselle.

“loh itu pernyataan tau” giselle mengusap kepala ningning sambil merekahkan senyuman nya (seneng tadi habis dicium pacar)

malam itu berakhir dengan ningning yang tidur didekapan giselle.

“kaa?”

“Hm? eh halo, nyenyak tidur nya?”

“Iya ka lumayan, kapan kita sampe nyaaa aaaaaa”

“5 menit lagi udah deket, kita langsung keatas aja”

“oki semua aku serahkan kepada mu”

Giselle mendengarkan ningning sambil sedikit mengambil cemilan di kursi belakang

“Nih gih nyemil”

“Ihh makasih kakaa” ningning mengambil snack yang disodorkan giselle

“Kaka mau?” Tangan ningning bergerak mengarah kedepan mulut giselle. Giselle yang merasa disuapi sudah membuka mulut nya hendak meng-ngap snack nya, tapi

“Gr banget orang mau nunjukin doang” tangan ningning mundur lalu menyuapi diri nya sendiri

“Ningning”

“Hehe iya iya kaa”

“Mahh aku pergi ya, itu giselle udah diluar”

“Bentar dulu mama bawain bekal dikit ya” Setelah mendengar sang mama berkata seperti itu Ningning lalu mendekati mama nya dan mengambil bekal yang diberikan lalu salim ke mama nya

“Hehe, makasih maa”

“Iya deh ya, baik baik pergi nya jangan sampe kenapa napa”

“owkayyyy”


Setelah Ningning memasuki mobil ia disambut dengan wajah giselle yang berseri-seri.

“Hai kakakkk”

“haloo”

“yuk, oiya ini mama ngasih bekel tadi”

“Okee, pake seatbealt nya ya”

“Okayy, legoooo”