ningxile

Dua pemuda berjalan menaiki panggung, sontak semua penonton kaget. Penggemar dari salah satu pemuda itu menjadi histeris mengetahui orang yang mereka gemari akan mengunjukkan bakat lain selain bermain basket? Apa dia akan menyanyi? Ketua basket kita bisa bernyanyi?!

Para penonton benar-benar menaruh perhatian mereka pada kedua pemuda di depan. Yang memegang hp sedikit, hampir tidak terlihat ada yang membuka nya. Benar-benar, penampilan pertama yang berhasil menyita perhatian semua orang.

Jidan duduk sambil memangku gitar nya dengan Leo di sebelahnya sambil memegang mic. Mereka mulai menyanyi, diawali dengan Leo kemudian diikuti Jidan. Suara Jidan cukup membuat semua orang yang ada di depan nya itu terpana. Suara rendah serak-serak basah nya sangat menghipnotis. Semua orang menikmati lagu yang mereka bawakan. Sama seperti sebelumnya para penonton mengangkat tangan ataupun flash hp nya lalu mereka lambai-lambaikan mengikuti irama lagu. Ada juga yang ikut menyanyi, udah kayak konser aja.

Jidan melihat Ningsih yang sudah merespon ucapan nya tadi dengan anggukan lalu meninggalkan nya. Jidan berjalan kearah backstage, ia menemui beberapa panitia dan sudah pasti orang yang akan ia ajak berkolaborasi, Leo.

“Bang, gue denger denger ada yang sakit ya performer nya?” Jidan menghampiri Chandra yang sedang duduk di backstage.

“Eh iya Ji, ngape?” Chandra menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jidan sambil mempersilahkan nya untuk duduk.

“Gue ngisi boleh?”

“Hah, hamil lo?”

“Ngisi acara bang, ampun dah”

“Oh kirain lo hamil”

“Kagak gila, kan gue cowok???”

“Ya boleh, ngisi dah sana” Dengan mengabaikan jawaban Jidan Chandra menjawab.

“Tapi ini koleb bang”

“Sama siapa?”

“Leo”

“Lah udah dikoordinasiin belom?” Chandra memajukan badan nya, menumpukan kedua tangan pada lutut nya.

“Nah, ini lagi mau” Jidan menjawab dengan santai.

“Buset dah Ji, dah sana lo kasih tau Leo dulu, kaget tar anak nya”

“Iye” Kemudian Jidan berdiri sambil mencari Leo, ternyata ia sedang duduk di sofa sambil melatih vokal nya.

Jidan menghampiri Leo dan memanggil singkat nama nya. “Le”

“Eh iya kenapa?” Leo yang merasa terpanggil membalikkan tubuh nya kebelakang dan melihat kehadiran Jidan.

“Duet buat nts mau kaga?” Jidan mendudukan dirinya di sofa sebelah Leo.

“Wets, lo serius apa gimana anjir? Nts kan disiapin nya jauh jauh hari, lo malah pas hari H”

“Iya makanya gue kesini sekarang”

“Yaudah daripada buang-buang waktu, kita tentuin lagu yang kita berdua bisa, jadi ga pake lama tinggal nyempurnain aja”

“Ya, lo bisa lagu apa?”

“Ini liat playlist gue, itu semuanya gue bisa” Leo yang dari tadi masih menggenggam handphone nya, kini menyodorkan benda tipis itu ke Jidan.

“Ooh, ini aja bangun cinta”

“Yaudah, lo bisa kan?”

“Bisa makanya gue pilih”

“Yaudah, ijin ke ruang musik dulu gih buat latian, ga enak disini” Setelah mendengar Leo, Jidan kemudian izin kepada Chandra untuk latihan terlebih dahulu.


“Anjaay, cakep cakep”

“Cukup ni latian nya?” Jidan yang hendak menaruh gitar yang sedari tadi ia genjreng, bertanya kepada patner duet nya.

” Beloman elaaah, sedikit lagi samain genjrengan lo sama tempo, nyanyi nya juga” Setelah berkata seperti itu, Leo kembali mengambil mic yang berada di dekat Jidan.

“Ya, siap.”

“Gue ambil tempat duduk bentar, capek berdiri mulu” dan dibalas Jidan dengan anggukan.

Leo menaruh kursi nya di dekat Jidan, dengan posisi seperti ini mereka jadi sebelahan dengan tinggi yang sama. Kemudian Jidan mengusak kepala Leo, ia tak tahan. Manusia di sebelah nya ini gemas sekali. Leo hanya menanggapi nya dengan tatapan mata malas. Kemudian mereka kembali berlatih dan kembali saat MC menyapa semangat para penonton.

“Waduh waduh waduhh, masih pada semangat gak nih nonton nyaa?” Naresh yang masih di sisi panggung kini jalan ketengah untuk kembali menyapa penonton.

“SEMANGAAAT!”

“Diliat -liat di twitter pada ribut ga kefoto atau resolusi nya ngeblur gitu ya?” Ucapan Naresh dibalas gelak tawa oleh penonton, karena memang benar begitu keadaanya.

“Tenang tenang semuaa, nanti bakal dibagiin di base foto foto nya yang kualitas nya bagus. Nah tadi yang nyari username performer juga bakal dicantumin di foto foto nya kok” penonton tertawa lagi mengingat kejadian di twitter tadi.

“Mana nih sender nyaa” Naresh menggoda penonton kemudian akan kembali berfokus.

“Haha udah udaah, sekali lagi.. masih pada semangat gak kaliaan?”

“SEMANGAAAAAAAT!!”

“Oke masih ya ternyata. Spesial performance ada 3.. dan karena ini spesial ga gue kasih tau siapa yang tampil” Naresh berucap sambil mesem mesem menggoda penonron agar kepo.

“Nah diliat liat ada yang lemes ga dikasih tau, ada yang excited, kepo siapa yang bakal tampil. Yaudah yuk langsung aja!!” Naresh kemudian kembali ke tepi panggung sambil memberi tau orang yang akan perform selanjutnya.”

Ningsih dan penonton lainnya menggerakan badan, ke kiri dan ke kanan sesuai dengan irama lagu. Lagu ini sudah tidak asing bagi mereka, jadi mereka akan menikmati nya.

Salah satu penonton ada yang mengangkat flash hp nya. Tadi nya dilarang oleh panitia, namun ada yang ikutan sehingga hampir semua penonton mengangkat hp dengan flash yang menyala. Pemandangan itu terlihat seperti lautan kunang kunang bagi yang melihat nya diatas panggung.


“You're still you're still a traitor!” Seluruh penonton bertepuk tangan pada saat Leo mencapai nada tinggi nya sambil memberi seru-seruan terpukau untuk dirinya. Ningsih yang menjadi saksi karena sahabat nya ini berhasil menarik atensi puluhan penonton ikut memberi tepuk tangan yang tak kalah kencang.

Masih dengan posisi yang sama, para penonton bergerak kekanan kekiri sampai akhir lagu. Kemudian kembali memberi tepuk tangan kepada Leo. Dan yang diberi tepuk tangan menundukan diri ingin pamit undur diri walau nanti akan tampil lagi. “Terimakasih Leo atas penampilan nya. Sekarang kita sambut Paduan Suara sekolah!!”

*ting Terdengar notifikasi pesan masuk dari hp Ningsih, ia langsung membuka nya.

Bos Leo

“Tadi gue gimana?¡!$@”

“GILA LO KEREN BANGET PECAH ABIS”

“😭😭😭😭😭”

“KOK NANGIS ANJIR, SERIUS BAGUS”

“Thankyou, thankyou”

“Udah ye, lo masih mau persiapan lagi kan? Gue juga mau nikmatin show nya nih HEHEHEH”

“Iye dah”

Ningsih kembali menutup hp nya dan mengembalikan pandangan kearah panggung. “Ning, gue tinggal dulu ye” Jidan hendak berpamitan kepada Ningsih. “Lah, mau kemane lo nikmatin aje dah ini show ada Leo juga kan” Jidan yang hendak mengambil langkah untuk meninggalkan Ningsih membalas dengan “Ya ya, lo nikmatin dah gue tinggal ya” Ningsih hanya mengangguk-i Jidan tidak peduli, ia ingin menikmati Neo Talent Show.

MC kebanggan SMAYO atau SMA NEyO ya itu Naresh naik keatas panggung menandakan acara sudah mau dimulai. Dengan lihai ia membawakan acara sambil bersenda gurau bersama penonton.

” Line up hari ini Leo dari kelas IPA 1, Paduan Suara Sekolah, pinkyglass, Leo lagi, Jendral kelas 11 MIPS, lalu ada penampilan spesial gais! Selamat menikmati Neo Talent Show!! Enjoy!! Kemudian Naresh turun dari panggung. Sedangkan Leo yang tadi sempat kaget karena nama nya disebut pertama sedang menetralkan diri nya. Tidak hanya Leo, Ningsih yang duduk di kursi penonton sana juga terkejut. Sahabatnya adalah orang pertama yang akan mengunjukkan bakat nya.


“Kita sambut, Leoo!!! Berikan tepuk tangan yang meriah semuanya!!” PROK PROK PROK PROK “Buset Ning, kenceng amat” Jidan yang masih duduk disebelah Ningsih memprotes kepada nya. “Iya dong, gue udah bilang sama Leo nanti gue yang tepuk paling kencengg” Ningsih membalas Jidan dengan pandangan masih menghadap panggung dan tangan yang tepukan nya makin lama tidak sekeras tadi. Mulutnya terbuka tatkala melihat latar belakang panggung yang berubah-ubah. “Lah gue kira itu spanduk atau kek kertas doang yang dibelakang, kok bisa berubah ubah” ucap Ningsih yang entah diberikan kepada siapa. “Iya itu kemarin gue disuruh naruh proyektor dibelakang sana” Jidan merespon sambil menunjuk kearah dimana ia menaruh proyektor yang diikuti oleh pandangan Ningsih.

Ketika Ningsih sudah dapat melihat Leo dari ujung panggung, ia buru buru mengambil hp nya dan hendak menjepret sahabat nya itu.

Semua siswa berlarian menuju arah panggung ketika acara mau di buka. Ada yang malas-malasan ada yang sangat excited. Hari ini adalah salah satu hari dimana mereka merasa sangat senang, karena tidak ada pelajaran dan mereka hanya duduk untuk menonton NTS.

Beberapa stan makanan juga terjejer rapi di dekat area panggung. Banyak siswa dan siswi yang membeli camilan untuk dimakan ketika acara berlangsung, salah satu nya Ningsih. Ia sekarang berada di stan yang menjual telur gulung. Ketika ia membeli nya ia teringat akan Leo dan ingin menawari sahabat nya itu beberapa telur gulung melalui pesan teks. Tapi niat nya ia urungkan mengingat Leo akan menyanyi nanti dan takut suara nya kenapa-napa.

*puk Ningsih membalikkan tubuh nya ketika merasa ada yang menepuk bahu kanan nya.

“Maksud lo kemaren malem?” Ucap pemuda yang tiba-tiba menepuk bahu nya.

“Hah?” Ningsih mengambil telur gulung nya sambil menoleh dan membalas pertanyaan yang diarahkan pada nya.

“Lo tiba tiba DM gue kayak gitu” Jawab Jidan sambil mengikuti kemana arah Ningsih bergerak.

“Ya lagian lo natap gue apaan banget, kayak dendam. Padahal omong-omongan aja kita belom pernah, masa lo dendam-an sama gue?”

“Terus kok lo menyimpulkan yang kayak waktu itu?”

“Yang kayak waktu itu maksudnya menyimpulkan lo mau deketin leo?” Ningsih menjawab sambil mendudukan diri nya di kursi penonton tengah yang diikuti oleh Jidan.

“njir, pelanin dikit ngapa”

“Ngga bisa, udah dari sana suara gue gede”

“Emang waktu itu keliatan banget gue natap lo segitunya(?)” Ada nada pertanyaan dan pernyataan di kalimat yang Jidan ucapkan, ia bingung harus bertanya atau emang iya kenyataan nya begitu.

Kemudian Ningsih menjawab nya dengan anggukan, sambil tetap memakan telur gulung yang ia beli tadi.

“halo pa?”

“Eh halo Giselle, sudah liat pesan papa tadi?

“Udah, pa. Tapi pa”

“Kenapa? Kecepatan ya?”

“Banget pa.. terus, aku.. “

“Kenapa?”

“Mau nolak perjodohan nya boleh?”

“Atas dasar apa?!” Nada bicara yang digunakan papa nya agak meninggi ketika mengucap kata ap-, namun kembali menurun saat “a” (jadi gini gais 'APa”

“Hah?”

“Kamu nolak nya kenapa?”

“Ya gak mau!”

“Ga ada alasan yang jelas, yaudah papa jodohin. Kan kamu udah kepala dua juga, habis lulus nikah ya? Papa jemput 2 minggu lagi buat ketemu calon kamu. Kalian bisa saling mengenal dulu selama setahun atau sampai kamu lulus”

Giselle yang di seberang sana hanya menghela nafas, kemudian menciptakan keheningan di antara kedua nya.

“Gimana?”

“Emang kenapa tiba tiba aku jodohin?! Perasaan dulu papa gak pernah mau jodohin aku.”

“Giselle, maaf... “

Giselle bingung, sangat. Ia benar benar ingin menolak dengan melakukan sesuatu yang agak keras atau kasar agar papa nya mau mengikuti permintaan nya. Tapi itu papa nya, papa nya sangat baik, terlewat baik malah. Ia tidak bisa kasar kepada papa, bahkan disaat ia hampir memakai nada membentak tadi Papa masih menjawab dengan nada yang biasa.

Kini Giselle mengusap wajah nya kasar, beejalan di depan kasur nya berbolak balik sambil menguras otak nya. Ia ingin mencari cara agar ia tak dijodoh kan oleh Papa nya. Tapi cara yang ia cari itu tak kunjung datang.

“Pa?”

“Iya?”

“Aku udah punya pacar..”

“udah berapa lama?”

“Hampir 3 tahun pa, makanya, aku gak mau.. pa.. tolong aku gak mau di jodohin”

Papa Giselle sekarang ikutan bingung, ia merasa bersalah kepada anak nya.

“Yaudah kamu nikah sama pacar mu aja?”

Giselle yang mendengar papa nya di ujung sana menjadi sedikit senang tapi ia berpikir lagi

“Pa...”

“Kenapa? Pacar mu belum siap?”

“Bukan.. “

“Terus?”

“Pa..”

“Kenapa?”

“Aku.. aku.. aku sama kayak Bang Jenson”

“Sama maksudnya, sama sama anak papa? Iya dong sama”

“Bukan pa.. aku suka sama yang segender”

Deg.

Jamal sekarang frustasi. bagaimana bisa kedua anak nya menyukai orang yang segender?! Ia kesal, ingin marah, tapi tidak. Ia urungkan.

“Giselle, kalo kamu mau kayak Bang Jenson, nggak! papa gak bisa. Cukup satu anak papa yang tidak memiliki keturunan. Ini semua demi kebaikan kamu Giselle. Nanti setelah lulus kamu langsung pindah ke sini. Biar ga ketemu sama pacarmu. Kalian berdua harus mengakhiri hubungan itu.” Kemudian papa giselle mengakhiri telpon tanpa menunggu Giselle menjawab.

“Hai mamiii” Giselle yang melihat mami Ningning sedang berkebun di halaman rumah langsung menyapa nya.

“Ehh, halo Giselleee. Ningning nya ada di tengah tu, lagi nonton”

“Oke mii” Giselle terkekeh, lalu meraih tangan Mami Ningning untuk salim kemudian masuk kedalam dan menemui Ningning

“Hai cantik”

“Ih cepet banget, ngebut ya”

“Nggak”

“Duduk sini” Ningning menepuk nepuk space di sebelah nya untuk Giselle duduk.

Giselle duduk dan langsung merangkul bahu Ningning.

Posisi ter-pw, selonjoran di karpet bulu empuk sambil rangkulan sama pacar.

Tidak lama mereka di posisi ter-pw itu, Soalnya Giselle sekarang bobo-an di paha Ningning.

“Hadehh, udah pada kepala 2 pergi ke Jerman nikah sana” Ini mami Ningning yang lewat mau ngambil tanaman baru buat di tanam dan tata di halaman rumah, biar cantik.

“Heheh, mamiii” Ningning merespon. Setelah beberapa saat ia sedikit terpikirkan oleh perkataan Mami nya tadi, tapi ya gatau deh wkwkw. Ningning kembali mengelus-elus rambut panjang Giselle.


“Bentar ya, aku ke toilet dulu” Giselle yang hendak pulang memutuskan untuk ke toilet terlebih dahulu, dan meninggalkan handphone nya di ruang tengah.

Ting Ting

Ningning yang gak sengaja ngeliat notif hp giselle sedikit tersentak, hati nya sakit, ia lemas, ia bingung, ia tak tau harus berbuat apa.

“Eh, ning kenapa? Kok mood kamu keliatan beda?” Ningning tidak menjawab.

“Ning?” Sambil kembali duduk, Giselle meraih hp nya. Ketika menyala, langsung memperlihatkan notif dari Papa nya.

Setelah Giselle selesai bersih bersih dan mengobrol bersama Mami Ningning di ruang tengah, ia dan Ningning pamit ke kamar untuk beristirahat.

Ia memasuki kamar Ningning yang bernuansa kuning temaram, sebab lampu tidur yang ia hidupkan dan bukan lampu utama. Kemudian Giselle menaruh koper nya, mengedarkan pandangan nya ke seluruh sisi kamar Ningning.

“Mana ranjang satu nya? Katanya ada dua ranjang” Ia bertanya karena tidak melihat ada dua ranjang di kamar ini, hanya ada satu ranjang besar dengan selimut yang terlipat rapih di atas nya.

“Eumm, sebener nya ranjang nya udah aku satuin dari lama biar luas. Tapi mami ngga sadar hahaha”

“Ooh, terus mau tetep disatuin apa pisah?”

“Satuin”

“Hm?”

“Mau bobo sambil meluk Jisel” Mendengar perkataan kekasih nya Giselle langsung menepuk-nepuk kepala dan mengacak-acak rambut nya, gemas.

“Ih berantakan tau” Ningning yang tadi nya berdiri mendudukkan dirinya di ujung kasur hendak merapikan rambutnya. Sedangkan Giselle mendudukan diri nya di kursi lalu mengecek hp, dan sedikit jalan jalan di sosmed. Kemudian ia mengeluarkan speaker bluetooth dari tas nya.

“Boleh pasang lagu gak?”

“Iyaa boleeh”

Kemudian Giselle membuka YouTube nya dan memutar lagu Free Love – Hone versi dream edit. Ia sengaja memakai YouTube bukan nya Spotify karena paketan untuk YouTube nya masih ada banyak dan akan berakhir sekitar 1 minggu lagi.

( https://youtu.be/08-t9C0SHEk )

Setelah memasang lagu dan dirasa sudah nyaman, ia berdiri untuk meregangkan badan nya dan hendak beranjak kekasur, namun Ningning ikut berdiri dan langsung memeluk nya. Giselle yang dipeluk hanya membalas pelukan yang diberikan. Ia sadar dan paham sekarang, kekasih nya ini sangat suka dengan pelukan hangat.

Ningning membawa langkah kaki keduanya untuk bergerak mengikuti irama lagu yang diputar Giselle. Yang diajak untuk bergerak hanya mengikuti dan mengeratkan pelukan mereka.

Ke kanan, ke kiri, ke kanan, kekiri.. mereka bergerak seperti orang yang sedang berdansa, tetapi dengan gaya memeluk.

Giselle memundurkan kepala nya, hendak memandangi wajah cantik kekasih nya sambil melingkarkan tangan di pinggang si cantik. Sesekali merapikan rambut Ningning kebelakang telinga nya.

Atmosfer di antara mereka terasa sangat nyaman dan hangat, mereka suka.

Giselle sesekali mencium hangat kening Ningning dengan penuh kasih yang direspon dengan pipi yang merubah warna nya sendiri menjadi warna merah merona. Rona di wajah cantik itu dapat terlihat dengan sangat jelas sekalipun didalam cahaya temaran seperti ini.

Menempelkan kening masing masing.. kemudian memejam kan mata... bergerak ke kanan kekiri secara perlahan, mereka hanyut dalam suasana.

Senyum keduanya terukir di bawah cahaya temaram kamar sang pemilik rumah.

Giselle menghadapkan kepala nya kedepan, mencium setiap senti wajah sang kekasih. Mulai dari kening, kelopak mata, kedua pipi gembul nya, hidung, dagu, dan yang terakhir kecupan singkat pada bibir ranum si manis.

“Ih, basah semua” lirih yang habis dicium. Ia kemudian menenggelamkan kepala ke leher sang kekasih, berniat mengelapkan hasil karya Giselle di cardigan yang ia pakai saat ini. Jatuh nya malah kayak lagi ndusel, Giselle tentu tidak masalah.

“I love you, so much, Ning.”

“I love you too Jisel sayang”

“Nak Giselle udah pesen hotel atau cari kosan buat tinggal belum?” Mami Ningning bertanya kepada Giselle dengan logat khas Jawa Timur nya.

“Belum tante”

“Owalah, mumpung kamar e Ningning ada dua ranjang, tidur disitu sek mau? Nanti nek udah dapet kosan baru pindah”

Giselle yang kurang mengerti apa yang barusan dikatakan Mami Ningning menunjukan wajah bingung dan Ningning langsung menyela,

“Hahaha Jisel belum bisa Suroboyo-an ma, aku tak translate dulu. Sek itu artinya 'dulu/nanti', nek itu artinya 'kalo' jadi tadi Mami bilang mumpung kamar ku ada dua ranjang tidur disitu dulu mau gak?”

Giselle yang langsung paham setelah di jelaskan oleh kekasih nya langsung menjawab Mami Ningning. “Eh, ga usah tante ngerepotin” *padahal suara hati giselle : eh anjir, dapet keajaiban apa gue.

“Ngga ngerepotin oq, Ningning gapapa juga to kamar nya ada Giselle?”

“GAPAPA BANGET MAM!!!!” Ningning menjawab kelewat girang

“Ealah dasar remaja, jadi mau Gis?”

“Ehh, boleh deh Tan heheh Makasih lagi ya sebelum nya, maaf juga kalo ngerepotin” Giselle menjawab sambil menggaruk-garuk tengkuk nya, takut tidak enak.

“Gapapa oq Gis, eh tapi Mami lupa loh kalian tu pacaran, jangan aneh aneh ya”

“Ehhh ngga tante, ga ngapa ngapain kan juga beda ranjang”

“Tapi ya tetep satu kamar Gis”

“Ngga tantee, tenang aja ga ngapa ngapain”